BAB II
Pertumbuhan dan Perkembangan Periode Anak Usia 1-4 tahun
A. Pendahuluan
perkembangan peserta didik adalah salah satu matakuliah yang membahas tentang berbagai masalah perkembangan seorang anak periode 1-4 tahun. Serta bagaimana cara pendekatan kepada anak dimasa yang akan datang. Perkembangan pendidikan juga membahas tentang berbagai macam arti penting perkembangan anak dalam masa pra sekolah periode 1-4 tahun
Upaya menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil dapat dilakukan dengan memperhatikan perkembangan seorang anak mulai dari dia lahir hingga dia masuk sekolah agar seorang pendidik mengetahui kbenaran keadaan seorang anak mulai tumbuh dan berkembangnya seorang anak meskipun masih dalam periode 1-4 tahun. peryantaan ini menunjukan bahwa pengetahuan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak mempunyai peranan yang sangat penting bagi guru dan dosen (pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta didik nantinya dalam dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dalam periode pertumbuhan serta perkembangannya sangat menarik untuk dibahas, karena menghadapi banyaknya perilaku-perilaku yang menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan seorang anak dalam periode 1-4 tahun, baik prilaku individu, kelompok, dan sosial yang harus dipahami pendidik karena pengetahuan tersebut sangat penting bagi seorang pendidik, maka kami susun makalah yang berjudul “pertumbuhan dan perkembangan anak periode 1-4 tahun”
Dari uraian diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dan apa saja perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan periode anak 1-4 tahun?
2. Bagaimanakah arti penting masa anak-anak awal pada perekmbangan seorang anak?
3. Bagaimanakah perkembangan fisik seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
4. Bagaimanakah perkembangan otak seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
5. Bagaimanakah perkembangan Motorik seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
6. Bagaimanakah perkembangan Kognitif seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
7. Bagaimanaka wujud Kepercayaan Ekstensial yang tak Terdiferensiasi (primal faith) seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
8. Bagaimana pengertian Emosi yang Disadari oleh seorang anak dalam periode 1-4 tahun ini?
9. Bagaimanakah bentuk Perkembangan Sosial seorang anak dalam periode 1-4 taun ini?
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:
1. Agar pembaca mengetahui bagaimana dan apa saja perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan periode anak 1-4 tahun?
2. Agar pembaca mengetahui arti penting masa anak-anak awal pada perekmbangan seorang anak?
3. Agar pembaca mengetahui perkembangan fisik seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
4. Agar pembaca mengetahui perkembangan otak seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
5. Agar pembaca mengetahui perkembangan Motorik seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
6. Agar pembaca mengetahui perkembangan Kognitif seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
7. Agar pembaca mengetahui wujud Kepercayaan Ekstensial yang tak Terdiferensiasi (primal faith) seorang anak pada periode 1-4 tahun ini?
8. Agar pembaca mengetahui pengertian Emosi yang Disadari oleh seorang anak dalam periode 1-4 tahun ini?
9. Agar pembaca mengetahui bentuk Perkembangan Sosial seorang anak dalam periode 1-4 taun ini?
B. Pembahasan
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara umum, istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) memiliki pengertian yang sama yakni keduanya mengalami perubahan. Tetapi secara khusus yakni sesuai dengan kaidah keilmuan psikologi, istilah pertumbuhan berbeda dengan istilah perkembangan. Perbedaan itu nampak dengan memberikan pengertian yang singkat yakni istilah pertumbuhan mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedang perkembangan lebih mengarah pada kualitas. Artinya, konsep pertumbuhan mengandung pengertian sebagai perubahan ukuran fisik yang bersifat pasti, akurat yakni dari kecil menjadi besar, dari sempit menjadi lebar, dari pendek atau rendah menjadi tinggi. Selain itu, yang terpenting dalam pertumbuhan ialah terjadinya proses pematangan fisik yang ditandai dengan makin kompleksnya sistem jaringan otot, sistem syaraf maupun sistem fungsi organ tubuh. Kematangan tersebut, menyebabkan organ fisik merasa siap untuk dapat melakukan tugas-tugas dan aktivitas sesuai dengan tahap perkembangan individu. Di saat inilah seseorang mulai mampu berkembang dan melakukan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi kognitif, afeksi maupun konatif dengan baik.
Jadi perkembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan kematangan dan kesiapan fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah mempunyai suatu pengalaman. Dengan pengalaman ini, ia akan dapat melakukan suatu aktivitas yang sama dalam waktu mendatang maupun mampu mentransfer pengalamannya guna mencoba melakukan suatu aktivitas lain. Tolak ukur untuk melihat adanya perkembangan seorang individu ialah pada aspek kemampuan yang dimiliki sesuai dengan tahap perkembangannya. Caranya dengan membandingkan keadaan pada satu fase dengan keadaan fase berikutnya. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan, yakni fase sesudahnya lebih baik daripada fase sebelumnya, maka individu tersebut dikatakan telah mengalami perkembangan yang progresif (maju) baik dan normal. Sebaliknya, bila ternyata fase sesudahnya sama atau lebih buruk dengan fase sebelumnya, maka individu dianggap kurang berkembang atau tak mengalami perkembangan dengan baik, ia justru dianggap mengalami regressi (kemunduran).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan yang baik dan normal memiliki tiga ciri, yakni :
1) Mempunyai perubahan potensial menjadi suatu kemampuan, karena faktor kematangan fisiologis, belajar dan pengalaman.
2) Perubahan kemampuan tersebut bersifat progresif, maju dan lebih baik dari fase-fase sebelumnya.
3) Kemampuan yang telah dicapai tak akan mengalami kemunduran lagi atau menjadi sama seperti fase sebelumnya.
Sementara itu, perkembangan yang buruk ialah ditandai dengan keadaan seperti :
1) Pada fase tertentu ternyata tetap sama atau lebih buruk potensi/kemampuannya dari fase sebelumnya.
2) Perubahan kemampuan dari hal yang maju menuju kemunduran (regression).
3) Individu merasa sulit untuk mampu melakukan tugas-tugas perkembangan pada fasenya.
Apabila ditemukan keadaan yang regresif pada diri seorang anak, maka perlu segera diketahui sebab-sebabya agar dapat ditangani lebih baik. Misalnya, seorang anak usia 5 tahun seharusnya mempunyai perkembangan yang sehat, ia tidak ngompol lagi. Namun kenyataannya ia ngompol. Maka dengan pendekatan psikoanalisis klasik dari Sigmund Freud, perlu dilakukan ialah mencari sebab-sebabnya mengapa ia ngompol. Mungkin saja, ia merasa tidak diperhatikan oleh orang tua, akibat kehadiran/kelahiran adik yang baru. Ia merasa iri dan cemburu terhadap perlakuan orang tuanya, tetapi ia tak mau mengungkapkan secara terus terang. Akibatnya perasaan ini ditekan ke dalam alam bawah sadar. Perasaan dan keinginan ini tiba-tiba muncul dalam bentuk perilaku lain yakni ngompol pada saat tidur (Hall, Lindzay dan Campbell, 1998).
2. Masa Anak-anak Awal.
Walaupun masih terikat dan memfokuskan diri pada hubungan dengan orang tua atau keluarga, namun masa anak ini, ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri (self-control) dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak yang sebaya. Pergaulan yang makin luas ini akan mengurangi kelekatan emosi (attachment) dengan orang tua, mengurangi egosentrisme, mengurangi sifat irasional, karena dalm pengaulan itu masing-masing anak saling mengkritik, mencela, mengejek, mungkin terjadi konflik, pertengkaran, yang kemudian diikuti dengan proses pembuatan kompromi,adaptasi norma-norma sosial yang baru.
Masa anak-anak awal masih ditandai dengan kegiatan bermain baik bermain sendiri maupun bermain dengan kelompok teman sebaya lainnya.Bahkan tak dipungkiri, kegiatan bermain ini tetep dibawa sampai masa remaja maupun dewasa. Hanya kareteristik permain tiap fase perkembangan berbeda-beda.Hal yang terpenting permainan pada masa anak-anak awal ialah selain berguna bagi pengembangan kepribadian, bermain juga berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.[1]
Tahap ini adalah suatu periode dimana seorang anak mulai keluar dari lingkungan rumahnya dan mulai mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Apa pun yang ia pelajari pada tahap ini, akan meninggalkan kesan yang dalam dan dampaknya akan membekas lama dalam hidupnya.
Anak-anak yang disekolahkan akan berkembang lebih cepat daripada mereka yang tidak sekolah. Pada usia 3-4 tahun anak mulai bermain dalam kelompok dan membangun pertemanan. Seiring dengan bertambahnya usia, pandangan mengenai pertemanan akan berubah. Ketidaksukaannya terhadap pertengkeran semakin hari semakin kuat. Selama masa kanak-kanak awal ini, perkembangan sosial anak ditandai dengan :
1) Perkelahian.
2) Percakapan khayalan.
3) Olok-olok.
4) Agresi.
5) Keluar dari rumah.
6) Bekerja sama.
7) Rasa kasian.
8) Ketergantungan.
9) Pertemanan.
10) Simpati.
11) Keinginan untuk bersosialisasi.
Psikolog berpendapat perilaku agresi mencapai puncaknya pada anak usia 5 tahun. Setelah itu, perilaku agresi ini akan berkurang dengan sendirinya secara bertahap.
3. Perkembangan Fisik
Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Meskipun selama masa anak-anak pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun keterampilan-keteramilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2.5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43.6 inci dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger dan Kagen, 1969). Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini, baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing, sementara batang tubuh mereka makin panjang.
Kekurangan pertumbuhan hormon adalah karena tidak adanya atau kurangnya hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary untuk merangsang pertumbuhan tubuh. Kekurangan hormon pertumbuhan dapat terjadi selama masa bayi atau kemudian di masa kanak-kanak (Gandrud dan Wilson, 2004). Diperkirakan bahwa sebanyak 10000 hingga 15000 anak Amerika Serikat memiliki masalah kekurangan hormon pertumbuhan (Standfort University Medical Center, 2005). Tanpa perawatan, sebagian besar anak dengan masalah kekurangan hormon pertumbuhan ini tidak akan mencapai tinggi badan lima kaki. Penanganan bagi kekurangan hormon ini meliputi suntikan hormon pertumbuhan secara teratur dan biasanya berlangsung beberapa tahun (Chernausek, 2004; Minczykowski dkk, 2005; Radcliffe dkk, 2004). Beberapa anak memperoleh suntikan harian; yang lain, beberapa kali seminggu.[2]
Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka guru Taman Kanak-kanak seyogyanya memberikan bimbingan kepada mereka agar memiliki kesadaran akan kemampuan sensorisnya, dan juga memiliki sifat yang positif terhadap dirinya. Bembingan guru itu berkaitan dengan pengembangan aspek-aspek berikut :
1) Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya.
2) Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh.
3) Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata, atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama.
4) Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau melompat, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat terbang.
5) Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian.
6) Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus kehidupan yang penting bagi kehidupan.
7) Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh/meraba).
8) Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah (Aundrey Curtis, 1998).[3]
4. Perkembangan Otak
Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa (Yeterian dan Pandya, 1988).
Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertambah setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan percepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak.
5. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik pada anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi. Anak usia 5 tahun juga dapat melakukan tindakan-tindakan tertentu secara akurat, seperti menyeimbangkan badan di atas satu kaki, menangkap bola dengan baik, melukis, menggunting dan melipat kertas, dan sebagainya.
6. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget, Sesuai dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi, sebagai “pra” dalam istilah “praoperasional”, menunjukkan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional” menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional, sekalipun label “praoperasional” menekankan anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional.
Adapun yang dimaksud dengan operasi (operations) menurut Santrock (1988) adalah “internalized sets of actions that allow children to do mentally what before they had done physically”. Operasi sangat terorganisir dan sesuai dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip logika tertentu. Operasi tampak dalam bentuk lain pemikiran operasional formal. Dalam tahap praoperasional, pemikiran masih kacau dan tidak terorganisir dengan baik. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan untuk merekonstruksi pada level pemikiran apa yang telah ditetapkan dalam tingkah laku. Pemikiran praoperasional juga mencakup transisi dari penggunaan simbol-simbol primiktif kepada yang lebih maju (Santrock, 1988). Secara garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif (Heterington dan Parke, 1979; Seifert dan Hoffnung, 1994).
7. Kepercayaan Ekstensial yang tak Terdiferensiasi (primal faith)
Kepercayaan pada tahap ini disebut sebagai kepercayaan yang belum terdiferensiasi atau undifferentiated faith dikarenakan yaitu :
1) Ciri disposisi praverbal si bayi terhadap lingkungannya yang belum dirasakan dan disadari sebagai hal yang terpisah dan berbeda dari dirinya.
2) Daya-daya seperti kepercayaan dasar, keberanian, harapan dan cinta (serta daya-daya lawannya belum dibedakan lewat proses pertumbuhan, melainkan masih saling tercampur satu sama lain dalam suatu keadaan kesatuan yang samar-samar).
Pola perkembangan pada tahap ini disebut sebagai elementer (awal dan dasariah). Tahap ini selanjutnya mendasari serta meresapi (baik secara positif dan negatif) segala hal yang timbul kemudian selama perkembangan kepercayaan eksistensial.
Pada tahap ini anak dipengaruhi oleh kualitas hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Terutama orang-orang terdekat seperti ibu, ayah, kakak, atau kakek-neneknya. Kualitas interaksi tersebut akan menimbulkan dalam diri anak sejenis pengharapan atau rasa percaya yang organismik atau vital, bahwa lingkungan fisik dan sosial menerima si anak (bayi) dengan baik. Akibatnya anak kemudian merasa bahwa dia mendapatkan perlindungan dan rasa aman dari lingkungannya. Hal ini menimbulkan perasaan dalam diri anak bahwa dia hidup dalam rumah yang aman, yang bisa dipercaya dan diandalkan.
Kepercayaan dasar anak yang terbentuk oleh adanya interaksi yang penuh cinta kasih ini, membuatnya mampu mengatasi segala ketakutan dan kecemasan yang dihadapinya. Kepercayaan dasar ini kemudian berkembang dan mendasari tahap selanjutnya. Dimana kemudian anak akan mengembangkan keyakinan bahwa sesuatu diluar dirinya sangat memperhatikan, melindungi dan mencukupi segala kebutuhannya. Artinya kemudian anak dapat mengembangkan suatu proses transendensi diri yang mapan sebagai cikal bakal berkembangnya kecerdasan spiritual dalam diri anak sangat dipengaruhi oleh terbentuknya kepercayaan dasariah dalam diri anak melalui kasih sayang dan cinta kasih, terutama dari orang-orang terdekat dalam diri anak. [4]
8. Emosi yang Disadari
Ingatkah anda mengenai deskripsi emosi yang disadari? Emosi yang membutuhkan kesadaran diri anak bahwa mereka berbeda dengan orang lain? (Lewis, 2002). Sudah disebutkan bahwa emosievaluatif yang disadari bangga, malu, rasa bersalah, pertama kali muncul pada usia 2 setengah tahun.
Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka.
Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu (Lewis, 2002). Rasa bangga sering kali diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Rasa malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu (Lewis, 2002). Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut. Rasa malu biasanya berhubungan dengan serangan terhadap self dan dapat mengakibatkankebingungan dan membuat anak tidak mampu berkata-kata. Tubuh anak yang mengalami rasa malu ini biasanya akan terlihat seperti “mengerut” seolah-olah ingin menghindar dari tatapan orang lain. Rasa malu bukan merupakan hasil dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian tertentu.
Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan (Lewis, 2002). Perasaan malu dan bersalah memiliki karakteristik fisik yang berbeda. Ketika seorang anak menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah mengecilkan tubuh mereka seperti ingin bersembunyi, sedangkan ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan akan lebih menunjukkan perasaan malu dan bersalah jika dibandingkan dengan laki-laki. (Stipek, Recchia, dan McClintic, 1992). Perbedaan diantara gender ini sangat menarik karena biasanya anak perempuan adalah pihak yang lebih rentan terhadap kelainan internalisasi seperti kecemasan dan depresi, di mana salah satu ciri khasnya adalah perasaan malu dan kritik terhadap diri yang berlebihan.
Perkembangan emosi evaluatif yang disadari ini sangat dipengaruhi oleh respons orang tua terhadap perilaku anak. Sebagai contoh, seorang anak akan mengalami perasaan bersalah ketika orang tua berkata “kamu seharusnya tidak boleh menggigit kakakmu”.[5]
9. Perkembangan Sosial
Masa kanak-kanak awal sering disebut “usia pragang” (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah, misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak (nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care center), atau taman kanak-kanak (kindergarten), biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umumnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.
Salah satu keuntungan pendidikan prasekolah adalah bahwa pusat pendidikan tersebut memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan para guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenangkan dan berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan mereka menghindari hubungan sosial. Akibatnya, semua reaksi negatif kepada anak lain berkurang. Walaupun demikian, reaksi negatif terhadap guru kadang-kadang meningkat sedikit setelah anak lebih suka bergaul dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa.[6]
Seiring dengan berjalannya waktu, kontak dan hubungan pertemanan seorang anak akan semakin bertambah. Seiring itu pula, kecenderungan untuk bertengkar atau berkelahi mulai muncul ke permukaan. Anak usia 3-4 tahun paling sering bertengkar. Namun, ketika anak mulai bisa menyesuaikan diri dan bekerja sama, pertengkaran itu akan semakin menurun. Meskipun begitu, seorang anak tetap tidak akan suka melihat orang lain memainkan mainannya, atau merebut barang miliknya yang dianggap berharga. Dalam situasi seperti ini, si anak akan kehilangan kelembutannya dan menjadi marah. Kemarahan ini bisa dalam bentuk serangan, pertengkaran, mencubit, memukul, mendorong, ataupun berteriak. Olok-olok, menurut para pakar, adalah suatu serangan diam-diam, yang bisa saja ditujukan pada anak yang lebih kecil atau yang lebih lemah. Pada umumnya, anak-anak yang merasa kurang percaya diri dan merasa inferior lebih memilih melakukan sendirian sebagai bentuk serangan. Berdasarkan survei yang kami lakukan, anak laki-laki lebih mudah berperilaku kasar daripada anak perempuan.
Seorang anak mulai menunjukkan kenakalannya pada usia sekitar satu setengah tahun. Kecenderungan ini akan mencapai puncaknya ketika anak berusia empat tahun. Pada titik ini pula, si anak mulai mengenal kompetisi. Jalannya kompetisi lebih kelihatan pada anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah daripada anak-anak dari keluarga berkecukupan. Yang terlihat mencolok adalah sifat ingin menang sendiri yang mencapai puncaknya ketika anak berusia empat tahun. Namun kemudian, akan muncul kesadaran pada diri anak bahwa sikap mementingkan diri sendiri itu tidak diterima di masyarakat. Kesadaran ini kemudian mengubah anak menjadi suka berteman dan murah hati.
Penelitian yang dilakukan Harris, Bryan, dan Valbeck menemukan bahwa keinginan anak-anak dari keluarga kaya untuk menang sendiri berbanding lurus dengan keberuntungan mereka. Sementara, anak-anak dari kalangan menengah lebih ramah dan besar hati.
Psikolog anak juga menemukan bahwa semakin besar keinginan seorang anak agar bisa diterima dan dihargai oleh orangtua dan keluarga mereka, akan semakin besar pula tingkat perkembangan sosial mereka. Ditemukan pula bahwa dalam segala hal yang diluar jangkauan dan kemampuan mereka, anak-anak cenderung tergantung pada orang lain. Kecenderungan ini dimulai kepada orang-orang serumah, setelah itu baru kepada orang-orang diluar lingkungan rumahnya. Semakin besar rasa ketidak percayaan dirinya, akan semakin besar pula ketergantungannya kepada orang lain.
Pada awalnya, seorang anak hanya akan berteman dengan adik atau kakaknya. Selanjutnya, mereka mulai terikat dengan teman bermainnya. Kemudian, pertemanan mereka meluas dengan teman-teman sekelas dan siapa saja yang sering berhubungan dengan mereka. Anak perempuan kebanyakan lebih ramah dan lebih mudah bekerja sama dibandingkan anak laki-laki. Secara umum, seorang anak mulai mempunyai empati setelah melewati usia empat tahun.
Baik perhatian atau proteksi yang berlebihan maupun pengabaian, keduanya dapat menghambat perkembangan anak. Penyimpangan-penyimpangan ini akan semakin menurunkan kepercayaan diri anak yang sedang tumbuh.[7]
C. Kesimpulan
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara umum, istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) memiliki pengertian yang sama yakni keduanya mengalami perubahan. Tetapi secara khusus yakni sesuai dengan kaidah keilmuan psikologi, istilah pertumbuhan berbeda dengan istilah perkembangan.
2. Masa Anak-anak Awal.
Masa anak-anak awal masih ditandai dengan kegiatan bermain baik bermain sendiri maupun bermain dengan kelompok teman sebaya lainnya.Bahkan tak dipungkiri,kegiatan bermain ini tetep dibawa sampai masa remaja maupun dewasa. Hanya kareteristik permain tiap fase perkembangan berbeda-beda.Hal yang terpenting permainan pada masa anak-anak awal ialah selain berguna bagi pengembangan kepribadian,bermain juga berguna untuk pengembangan psikomotorik halus dan kasar.[8]
3. Perkembangan Fisik
Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2.5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43.6 inci dan beratnya 21,5 kg (Mussen, Conger dan Kagen, 1969).
4. Perkembangan Otak
Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertambah setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan percepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak.
5. Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik pada anak-anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik, dan sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan cara berjalan orang dewasa. Usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak, berlari kesana kemari, memanjat, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan lebih halus dan bervariasi.
6. Perkembangan Kognitif
Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget, Sesuai dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi, sebagai “pra” dalam istilah “praoperasional”, menunjukkan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional” menunjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
7. Kepercayaan Ekstensial yang tak Terdiferensiasi (primal faith)
Pada tahap ini anak dipengaruhi oleh kualitas hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Terutama orang-orang terdekat seperti ibu, ayah, kakak, atau kakek-neneknya. Kualitas interaksi tersebut akan menimbulkan dalam diri anak sejenis pengharapan atau rasa percaya yang organismik atau vital, bahwa lingkungan fisik dan sosial menerima si anak (bayi) dengan baik. Akibatnya anak kemudian merasa bahwa dia mendapatkan perlindungan dan rasa aman dari lingkungannya. Hal ini menimbulkan perasaan dalam diri anak bahwa dia hidup dalam rumah yang aman, yang bisa dipercaya dan diandalkan. Kepercayaan dasar anak yang terbentuk oleh adanya interaksi yang penuh cinta kasih ini,
8. Emosi yang Disadari
Sudah disebutkan bahwa emosievaluatif yang disadari bangga, malu, rasa bersalah, pertama kali muncul pada usia 2 setengah tahun. Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka.Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu (Lewis, 2002). Rasa bangga sering kali diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.Rasa malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu (Lewis, 2002). Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut.
9. Perkembangan Sosial
Masa kanak-kanak awal sering disebut “usia pragang” (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Psikolog anak juga menemukan bahwa semakin besar keinginan seorang anak agar bisa diterima dan dihargai oleh orangtua dan keluarga mereka, akan semakin besar pula tingkat perkembangan sosial mereka. Ditemukan pula bahwa dalam segala hal yang diluar jangkauan dan kemampuan mereka, anak-anak cenderung tergantung pada orang lain. Kecenderungan ini dimulai kepada orang-orang serumah, setelah itu baru kepada orang-orang diluar lingkungan rumahnya. Semakin besar rasa ketidak percayaan dirinya, akan semakin besar pula ketergantungannya kepada orang lain.
Pada awalnya, seorang anak hanya akan berteman dengan adik atau kakaknya. Selanjutnya, mereka mulai terikat dengan teman bermainnya. Kemudian, pertemanan mereka meluas dengan teman-teman sekelas dan siapa saja yang sering berhubungan dengan mereka. Anak perempuan kebanyakan lebih ramah dan lebih mudah bekerja sama dibandingkan anak laki-laki. Secara umum, seorang anak mulai mempunyai empati setelah melewati usia empat tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar